Rabu, 01 Juni 2011

Kumpulan wawancara dengan Ajahn Jumnien ( 2 )

Pertanyaan   : Banyak guru Vipassana yang menekankan pada satu aspek kewaspadaan seperti sensasi, perasaan atau kesadaran. Bukankah perhatian yang berkembang pada salah satu hal ini akan menuju pada tempat yang sama, yaitu perhatian menyeluruh dan dalam?
Jawaban   : Tentu saja. Pada setiap keadaan dan pada setiap pengalaman tercermin Dhamma secara keseluruhan. Ini berarti bahwa aspek tubuh atau jasmani manapun yang kita amati dapat membawa kita pada konsentrasi yang mendalam dan pengertian terhadap hakekat diri kita sendiri. Dalam melihat totalitas siapa diri kita, niscaya kita juga akan menyadari bagaimana seluruh dunia pun ternyata memiliki karakteristik yang sama! Kita akan melihat ketidak kekalan, perubahan semua pengalaman, kita akan melihat ketidak amanan dalam keadaan apapun, dan yang terpenting kita akan mengetahui sifat ketiadaan hakekat pada semua keadaan. Seseorang dapat bermeditasi pada bagian manapun dari pengalaman langsung kita, penglihatan, suara, bau, rasa, sensasi-sensasi, perasaan, atau unsur-unsur batin. Untuk memusatkan perhatian pada salah satu area ini adalah cara yang baik untuk memperdalam konsentrasi dan  pendangan terang secara bersamaan.
Namun pada titik tertentu batin menjadi sangat jernih dan seimbang sehingga fenomena apapun yang timbul akan nampak dan dibiarkan tak tersentuh oleh batin tanpa ikut campur. Ia akan berhenti melihat hanya pada satu hal saja, dan segala sesuatu hanya nampak sebagai batin dan jasmani saja, proses kosong yang timbul dan tenggelam kembali sebagaimana apa adanya, atau hanya nampak sebagai getaran atau enerji, pengalaman kekosongan. Yang muncul dari keseimbangan batin yang sempurna tanpa bereaksi sehingga kita mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya, melewati penderitaan, melewati diri, hanya alam semesta yang berhenti dan kosong.


Pertanyaan   : Adakah penggunaan lain perhatian pada pikiran, menggunakan pikiran pada meditasi?
Jawaban   : Jika kita pertama mulai berlatih kita mulai melihat sifat alamiah dari proses berpikir kita. Arus gagasan yang tak ada akhirnya, fantasi, penyesalan, rencana, pertimbangan, ketakutan, keinginan, komentar, kecemasan, dan seterusnya. Ini dapat sangat membantu, terutama pada tahap awal meditasi, bekerja dengan pikiran, untuk mengarahkan pikiran pada latihan. Hal ini berarti melatih pikiran yang berhubungan dengan Dhamma, umpamanya perhatian kepada empat unsur. Mengamati bagaimana kita semua mengetahui bahwa bentuk selalu berubah, bahwa dunia kita secara sederhana adalah permainan perubahan unsur. Kita juga dapat mengarahkan pikiran kita untuk mengamati ketiga ciri khas pada semua situasi dalam hidup kita. Kita dapat berpikir mengenai kehidupan dan kematian yang menunggu sebagai cara untuk mengerti pengalaman kita yang berhubungan dengan Dhamma. Semua ini melatih pengertian benar. Dari buku-buku dan ajaran kita bergerak mengarahkan pikiran dan pengertian kita, dan akhirnya bermeditasi untuk mendapatkan pengertian diam di dalam batin kita

Pertanyaan   : Apakah diskusi Dhamma berguna untuk latihan?
Jawaban   : Jika pikiran terkonsentrasi dan diam maka kebijaksanaan dapat bertumbuh jika kita mendengar Dhamma dari mereka yang berbicara dengan bijak. Tentu saja, jika anda harus berbicara, pembicaraan mengenai Dhamma adalah pembicaraan yang paling sesuai. Tapi berbicara seringkali menambah kabur batin kita, hanya jika batin kita diam maka kita dapat mendengar Dhamma dengan cara yang segar dan sangat hidup, dalam diri kita dan dalam cara segar yang sangat hidup, dalam diri kita dan juga dalam kata-kata orang lain yang memiliki pengertian. Bagi banyak orang pikiran sudah terlalu penuh oleh kata-kata dan bentuk-bentuk pikiran, sementara latihan yang terbaik adalah melatih konsentrasi dan diam.

Pertanyaan   : Sehubungan dengan beberapa cara latihan disini, bagaimana Anda merekomendasi para yogi dalam hal makan?
Jawaban   : Isi dari makanan tidaklah terlalu penting. Yang penting harus cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Yang penting adalah bagaimana memakan makanan tersebut. Pada keadaaan normal  kita memiliki banyak keinginan yang berhubung dengan makanan. Meditasi kita adalah cara untuk mengatasi keinginan kita. Makanan harus diterima, dipersiapkan, dan dimakan dengan perhatian penuh pada proses yang terjadi. Beberapa macam meditasi makan termasuk melihat semua makanan dan substansi yang berada di sekelilingmu dalam bentuk empat unsur (tanah, air, api dan udara). Dengan demikian anda dapat menyelami aliran unsur yang berada di dalam dan di luar tubuh anda. Sensasi sentuhan dari makanan di tangan dan mulut anda, sentuhan bau pada hidung, sentuhan tangan pada mangkuk (patta). Terpusat jernih pada kontak, sentuhan rasa di lidah pada keseluruhan proses  pada waktu makan, dan anda akan dapat mengatasi nafsu-nafsu keinginanmua. Jika keinginan anda cukup kuat maka anda dapat bermeditasi pada sifat memuakkan dari makanan selama persiapan, mencerna dan kehancuran, atau bermeditasi pada perubahan konstan pada makanan dari ladang petani hingga masuk ke dalam perut.  Yang paling sederhana adalah sungguh-sungguh waspada dari proses mendapatkan dan memakan makanan. Perhatikan batin ketika  kesadaran berubah, keinginan datang dan pergi, keinginan untuk makan, mengunyah, merasakan… apapun yang disadari perhatikanlah prosesnya. Meditasi apapun terhadap makanan akan membantu kita memecah nafsu keinginan yang membawa kita pada kejernihan dan kebebasan yang melampaui nafsu keinginan


Pertanyaan   : Bagaimana halnya dengan hatha yoga atau latihan tubuh lainnya?
Jawaban   : Ini mungkin bisa membuat tubuh kita sehat, tapi beberapa latihan tertentu tidak penting dalam usaha kita. Sejalan dengan kemajuan dalam meditasi, tubuh kita secara otomatis akan menjadi lebih seimbang. Kemajuan dalam konsentrasi dan kesadaran akan memperbaiki postur tubuh kita dan aliran tenaga akan lebih bebas di tubuh, badan anda pun akan terasa ringan, lebih seimbang dan lebih berenergi / bersemangat. Anda tidak perlu memikirkan hal ini atau menambahkannya ke dalam daftar keinginan, hal ini akan datang sendiri.
Saya sendiri tidak pernah berlatih hatha yoga atau yang lainnya, saya menemukan bahwa tidur kurang dari tiga jam sudah cukup. Saya selalu merasa ringan dan penuh energi dan biasa berjalan di pegunungan tanpa makan selama berhari-hari, tanpa berhenti dan tidak merasa ada efek buruk, semua dengan menjaga pikiran kita secara disiplin menggunakan meditasi. Seharusnya kita menjaga kondisi tubuh, tapi janganlah menganggap pencapaian jasmaniah/ tubuh sebagai basis dari latihan kita.

Pertanyaan   : Seberapa penting latihan kebijakan dan moral dalam latihan kita?
Jawaban   : Sangatlah mutlak. Ada tiga level penting dari kebijakan. Pertama menghindari dari perbuatan yang tidak berguna, menjaga sila-sila yang utama. Kedua adalah kebijakan menjaga nafsu, menjaga enam indera, termasuk pikiran pada latihan dan menjauhi hawa nafsu. Ketiga adalah kebijakan murni melampaui segala aturan atau sila yang muncul dari pikiran yang tenang dan jernih. Dalam hal ini kebijaksanaan muncul selaras dengan ke-6 indera kita dan setiap saat kita hidup di dunia ini kita selalu penuh kesadaran dan jangan hanya mementingkan diri sendiri. Kita semua harus mulai berlatih dua kebijakan pertama, sejalan dengan jernihnya dan tenangnya pikiran kita, kebajikan dari dalam akan muncul. Hal ini akan tumbuh seiring dengan keselarasan antara badan dan pikiran, dengan melepaskan nafsu-nafsu, dan dengan disertai pengertian yang dalam akan kehampaan dunia.

Pertanyaan   : Berapa lama waktu yang Anda anjurkan bagi seseorang yang telah berumah tangga atau yang masih belum berpengalaman untuk berlatih?
Jawaban   : Seseorang yang masih penuh keraguan dan masih lemah dalam berlatih, mereka boleh berlatih selama satu jam per sesi, sepanjang mereka suka, tanpa paksaan, tapi terus menerus secara perlahan sampai mereka bisa merasakan faedahnya. Bagi yang sudah melihat hasil dari latihannya, mereka harus meditasi sesering mungkin, setiap hari, mungkin duduk tenang bermeditasi satu jam pada pagi hari dan sore hari. Bagi yang mengerti kebenaran sejati dari latihan, melakukan aktifitas duniawi bukan sesuatu hambatan. Kesadaran dan kejernihan dapat dikembangkan dalam setiap saat. Mereka mengerti bagaimana semua situasi adalah pengalaman dan meditasi yang benar bukanlah terpisah dari kehidupan tetapi pengembangan ketenangan dan kebijaksanaan diri dalam segala situasi. Lalu latihan seseorang dalam Dhamma melampaui batasan waktu dan situasi.

Pertanyaan   : Saya sering mendengar berbagai macam penuturan yang bersilangan mengenai absorpsi (Jhana). Ada yang berpendapat hampir tidak ada yang bisa mencapainya pada jaman sekarang ini. Ada yang berpendapat absorpsi (jhana) itu sangat penting untuk mencapai Nibanna. Ada juga yang berpendapat hal tersebut malah menghambat kebijaksanaan kita, mana yang benar?
Jawaban   : Masih ada yang bisa mencapai Jhana pada jaman saat ini, dan meski bukan merupakan sesuatu yang harus dicapai untuk menuju nibbana, pencapaian jhana adalah jalan terbaik untuk beberapa orang. Seseorang juga bisa mencapai Nibana dengan vipasana tanpa Jhana. Murid-murid saya berlatih kedua cara ini. Yang berlatih samatha menggunakan meditasi pernafasan atau visualisasi/kasina sampai pencapaian absorpsi/jhana, lalu mereka menggunakan Vipasana setelah keluar dari absorpsi/jhana. Sering kali saya juga berlatih dengan mereka, bersama dalam satu tingkatan, untuk memonitor latihan mereka. Jika seseorang dapat mencapai Jhana dan juga Vipasana, ada keuntungan-keuntungan tambahan tersendiri. Di dalam Kitab Suci (Tipitaka, red.) ada banyak rujukan mengenai tidak sedikit dari murid-murid Sang Buddha yang menjadi tercerahkan (pemasuk-arus) setelah masuk dalam absorpsi (Jhana). Mereka secara jelas mendapatkan manfaat dari latihan ini, bahkan juga setelah mereka mencapai pencerahan sepenuhnya. Jadi, demikian juga untuk kita, kekuatan batin yang didapat dari absorpsi (Jhana) itu sangat berguna bagi pertambahan keseimbangan batin, kesehatan tubuh dan pencerahan/penembusan Dhamma.

Pertanyaan   : Setelah sungguh-sungguh menembus Dhamma apakah seseorang hanya mengalami kedamaian Nibbana hanya sekali pada setiap tingkatan sebelum mencapai tingkat kesucian tertinggi, pada tingkat sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Kebebasan akhir (Arahatta)?
(catatan: Keempat tingkatan ini adalah tingkat kesucian yang secara tradisional diterangkan dalam kitab suci Buddhist. Lebih lanjut tingkatan kesucian ini dijabarkan sebagai tingkat kemampuan dalam memotong belenggu sesuai daftar di bawah ini)
Jawaban   : Kita dapat mengulangi pengalaman menembus Dhamma (Nibbana) tanpa perlu memotong belenggu lebih lanjut. Kesepuluh belenggu yang membelenggu kita pada roda kelahiran kembali adalah:

1. Pandangan salah mengenai adanya hakekat diri
2. Keragu-raguan dan ketidak-pastian
3. Kemelekatan pada upacara dan ritus.
4. Nafsu-nafsu inderawi
5. Kemarahan dan itikad jelek
6. Keinginan terlahir di alam berwujud
7. Keinginan terlahir di alam tak berwujud
8. Kesombongan dan keangkuhan
9. Kegelisahan dan keingin-tahuan
10. Kegelapan batin

Para pemenang arus (Sotapanna) telah melenyapkan ketiga belenggu pertama pada waktu penembusan Dhamma. Mereka yang kembali sekali lagi (Sakadagami) telah melemahkan sisanya, sedangkan mereka yang tak kembali lagi (Anagami) telah melenyapkan lima yang pertama. Dan Arahat, yang terbebas dari seluruh kekotoran batin, terbebas dari kelahiran kembali, telah melenyapkan semua belenggu.


Pertanyaan   : Propinsi di sekitar Vihara Anda selalu terlibat dalam konflik antara pemerintah dan pemberontak komunis, menurut Anda apakah peran bagi para bikkhu atau guru seperti anda dalam konflik ini?
Jawaban   : Salah satu mengapa ajaran Buddha masih ada setelah lebih dari 2500 tahun karena Bhikkhu tidak pernah berpihak dalam politik. Dhamma ada di luar politik. Vihara kita adalah tempat pelarian/perlindungan dari kancah perperangan, sama seperti Dhamma adalah tempat perlindungan dari kancah perperangan melawan hawa nafsu. Saya berbagi ajaran saya secara merata ke semua yang datang dan saat saya pergi untuk mengajar kepada mereka yang meminta. Di pegunungan saya telah membabarkan Dhamma kepada kaum komunis dan di kota kepada pasukan pemerintah, tetapi hanya setelah mereka meletakkan senjata mereka. Kedamaian, kebahagaian sejati tidak akan datang dari perubahan sosial, kedua sisi yang berperang boleh mempunyai cara pandang yang sah, tetapi kedamaian sejati berasal dari dalam diri yang bisa muncul melalui Dhamma. Bagi Bikkhu dan orang biasa, keamanan datang dari Dhamma, dari kebijaksanaan melihat ketidak kekalan di dunia.


Pertanyaan   : Apakah kita butuh seorang guru atau kita bisa berlatih sendiri?
Jawaban   : Apabila seseorang telah membaca dan mendengar banyak dan benar tentang Dhamma, maka sangat mungkin dia bisa terus berlatih tanpa bimbingan. Tetapi, bahkan dengan pengetahuan yang bagus pun, seseorang dapat terjebak atau tertipu pada pikiran yang masih labil.  Saya selalu menganjurkan secara serius bahwa latihan harus dilakukan di bawah bimbingan guru yang mempunyai pengertian jernih pada jalur dan bahaya-nya.  Juga sangat menunjang untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok Dhamma, di mana teman yang lebih berpengetahuan dapat membantu sesama. Nafsu dan ketidakjernihan telah sangat lama menghambat dan mengendalikan hidup kita, kita membutuhkan sebanyak mungkin dukungan dan bimbingan untuk menemukan jatidiri kita sendiri dan menjadi terbebas.

Pertanyaan   : Apakah penting untuk mempunyai tujuan yang murni saat datang ke vihara untuk bermeditasi?
Jawaban   : Banyak sebab membawa orang datang ke Dhamma, kadang bisa dilihat kadang tidak. Kadang mungkin ada nafsu yang buruk yang yang membawa kita untuk mendengar Dhamma atau meditasi dan kemudian mendapat hasil yang baik. Tidak sedikit dari para anagarini di sini yang memberitahu saya sebagian alasan awal mereka datang tadinya adalah karena mereka melihat saya atau salah satu asisten saya  ganteng atau menarik. Tetapi setelah berada di sini, mereka melepaskan alasan mereka datang dan sekarang menjadi yogi yang baik dan murid Dhamma yang tekun. Bagi anda yang mau berlatih, maka hal yang penting adalah saat ini, anda tidak perlu memikirkan apa yang membawa anda ke Dhamma, melainkan pikiran, keinginan dan tujuan anda saat ini. Latihan Samatha dan Vipasana mempunyai kekuatan untuk memotong karma lampau. Saat anda terkonsentrasi dan sadar secara jernih, anda telah melepas nafsu dan telah berhenti membuat karma baru. Karma lampau kita akan berbuah, tetapi perhatian murni memungkinkan bagi kita untuk memotong rantai yang mengikuti karma masa lampau atau corak masa lampau.

Pertanyaan   : Anda selalu menghubungkan 3 buah istilah : Dhamma, Keadaan Alami dan Keadaan Biasa, bisakah coba Anda jelaskan?
Jawaban   : Semua ini memiliki basis yang sama. Alam akan menguak tabirnya sendiri secara alami dan spontan. Umum atau biasa adalah bahwa yang terjadi itu tidak disertai oleh adanya intervensi. Dan Dhamma adalah kebenaran mengenai segala sesuatu apa adanya, sedangkan Dhamma sebagai ajaran adalah cermin Kebenaran dalam kata-kata. Dhamma mengarahkan pikiran kembali pada apa yang alami, ke sifat alami kita. Kemudian kita melihat bahwa segala sesuatu adalah memang demikian secara alami – tak ada yang istimewa, biasa dan umum dalam pengertian yang paling dalam. Jadi Dhamma membawa kita kembali kepada alam dan kebenaran umum. Dan melihat sifat dan keberadaan alami kita lebih jelas, kita dibawa pada pengertian lebih dalam tehadap Dhamma. Lingkaran ini berlanjut hingga hati dan pikiran kita menyatu dengan alam, hingga semua aspek alami dan keberadaaan kita menjadi jelas yang secara sederhana disebabkan terkuaknya tabir Dhamma.


Pertanyaan   : Hal apa saja yang masih menjadi kendala saat Anda sendiri bermeditasi?
Jawaban   : Saat pertama kali mengajar, saya terlalu mengkhawatirkan kemajuan murid-murid saya, saya ingin agar mereka ini mengerti Dhamma dan mendapat faedah dari meditasi secepat mungkin. Saya juga khawatir dengan ketertiban di Vihara saya, sangat penting bagi saya Vihara harus kelihatan rapi oleh para dermawan, dan semua bermeditasi secara serius. Saya merasa harus mengawasi secara seksama semua kegiatan-kegiatan di Vihara. Sekarang saya hampir melepaskan semua hal-hal tadi, Vihara bisa berjalan dengan sendirinya secara baik, murid-murid saya belajar dan berkembang pada tahap yang alami dan yang terbaik untuk mereka masing-masing. Saya menyediakan ajaran dan lingkungan yang nyaman, selebihnya tergantung diri mereka sendiri. Saya tetap masih ada beban dari masalah ini, sejak kecil saya selalu bermeditasi metta, ini masih merupakan kekuatan dalam hidup saya, dengan ini ada kemelekatan pada keinginan membantu orang lain. Saya ingin mereka merasakan faedah dari Dhamma, dari meditasi mereka secepat mungkin, saya ingin mereka melihat akhir dari penderitaan. Sekarang dalam latihan saya, saya berusaha untuk mengubah metta dan kemelekatan ini menjadi kasih sayang dan keseimbangan batin yang lebih sempurna. Sangat penting untuk di ketahui, seseorang harus mempunyai tanggung jawab pada pengembangan dirinya sendiri di dalam Dhamma. Ini adalah proses yang alami, ajaran Sang Buddha adalah semacam katalis bagi pertumbuhan kebijaksanaan yang alami.

dari kutipan buku
Living Dharma:
Teachings of 12 Buddhist Masters
karya Jack Kornfield
terbitan Shambala, tahun 1996
ACHAAN JUMNIEN, Bab 15, hl. 272 - 285

Tidak ada komentar:

Posting Komentar